Seniman Itu Narsis Tapi Sering Kesepian dan Butuh Pendamping

Apa yang saya sedang pelajari belakangan ini mengenai kadar narsistik seniman yang dapat kita pahami melalui ekspresi atau karya seni mereka.

Saya belum menentukan ini suatu yang dapat dibenarkan atau tidak. Namun, saya yakin dengan kesabaran, perhatian, dan kerendahan hati, ada hal bernilai yang dapat saya pelajari.

Bagaimana Mengetahui Narsistik pada Seorang Seniman?

Seniman selalu identik dengan originalitas dan keunikan, selain estetika. Hal ini yang menarik perhatian saya, dan timbul pertanyaan dasar seperti, sedang apa sih mereka ini?. Baru saya 'ngeh' ketika mengamati banyak hasil karya seni yang dibuat oleh seorang seniman. 

Jalan masuk untuk mendapatkan pembuktian atas hipotesi ini juga menarik. Entah sengaja atau tidak, pemikiran terhadap ajaran relijius, terutama hubungan antara pria dan wanita, suami dan istri, dan sebagainya, dan saya menemukan apa motivasi mereka keras menerabas dan menolak peraturan absolut.

Awalnya, saya pikir ini karena pemikiran liberal yang kritis dan logis menurut mereka pada umumnya. Akan tetapi, saya tetap merasa masih ada missing-puzzle dalam hal ini. Hal inilah yang membuat saya ingin melihat karya-karya seni yang dihasilkan, dan setelah itu baru saya menemukan bahwa tingkat narsistik seorang seniman bisa sangat parah.

Perlu saya jelaskan disini agar tidak salah paham. Seniman adalah orang-orang yang berpikir dan berimajinasi. Mereka bukan tidak mempelajari hal-hal ilmiah, tasawuf, matematika, komputer, dan sebagainya. Bahkan, menurut saya, mereka berada diatas rata-rata orang pada umumnya.

Ini bukan berarti tidak ada seniman yang rendah hati. Ya tentu ada. Hanya saja kita juga harus mau melihat dimensi lain dari suatu subjek dan objek. Menambah wawasan merupakan hal yang menarik, namun tetap saya berusaha berhati-hati dalam memahami dan menyimpulkan apa pun, seperti yang saya jelaskan di paragraf awal artikel ini. 

Ketika seniman berimajinasi, mereka kerap mengekspresikan kehidupan mereka. Ekspresi tersebut bermacam-macam. Semisal untuk aliran realis, gambaran ekspresinya sangat jelas, misal tentang alam yang pernah mereka perhatikan, tentang hubungan, dan bisa saja tentang jati diri mereka!

Ketika karya merupakan ekspresi jati diri, maka ini adalah subyek yang saya pandang sangat menarik.

Manusia, Akal, Perasaan, Imajinasi, Hati, Ruh, Jiwa

Apa arti akal, perasaan, imajinasi, hati, ruh, dan jiwa, serta apa perbedaannya mungkin masih banyak yang absurd diantara kita. Ini seperti membedakan mana setan, mana jin, dan mana iblis dalam agama. Bahayanya, ketika kita tidak jelas dengan definisi-definisi penting dan berguna untuk mengelola diri, maka lama-lama kita juga tidak dapat mengenali lagi mana malaikat, mana Tuhan, dan mana diri kita sendiri pada akhirnya.

Kenapa? Manusia diberikan keterbatasan. Menggali potensi diri, seperti imajinasi, akal, pikiran, dan pemikiran tentu adalah hal yang baik. Akan tetapi ketika ego narsistik mulai masuk tanpa disadari, maka kognitif seseorang dapat terganggu jika tingkat masalah kejiwaan itu cukup tinggi.
   
Maka, banyak seniman yang matanya melotot terus, merasa sudah sip dan benar akan tetapi keresahan makin tak terbendung, dan dulu sering kita lihat berita seniman bunuh diri. Uniknya, ketika seniman tersebut telah tiada, karya seninya dapat menjadi suatu ladang bisnis para kolektor melalui kurator-kurator.

Hukum absolut, apa yang tersurat (tekstual) dan tersirat (kontekstual), dibenarkan namun "dilongkapi" agar dapat merasa "advance". Alih-alih memahami secara terstruktur, langsung berkesimpulan yang sampai "mengingkari" dengan dalih dan alasan. Jika sudah seperti ini, maka tingkat narsistik level apa yang terjadi?.

Iblis Dikutuk Bukan Karena Tidak Beriman

Ya, tentu sebagai "warga langit" iblis mengakui siapa Tuhan dan tunduk dengan peraturan yang ada. Masalahnya muncul tatkala iblis harus mengakui suatu kebenaran, yang sudah jelas perintahNya, akan tetapi enggan melaksanakannya. 

Lantas, terlaknatlah iblis (dikutuk, dimarahi, dsb).

Kita dapat menarik kesimpulan bahwa, iblis bukan tidak taat, akan tetapi iblis miliki rasa lebih tinggi dari mahluk yang seharusnya dia hormati. Dan bahwa, menghormati sesama bukan berarti menempatkan diri kita dibawah orang lain, akan tetapi untuk mengagungkan Tuhan.

Memiliki rasa ingin lebih dari yang lain inilah yang sering disebut dengan narsis (Nar Sins, Api Dosa-dosa). Kalau dalam agama dikenal dengan ujub, riya, takabur, tamak, serakah, curang, menipu diri sendiri, dan munafik.

Ketika penyakit hati tersebut berada dalam diri seseorang, kontradiksi terhadap pernyataan akan sering terjadi. Ini mungkin yang sering membuat mereka menjadi bingung sendiri, lantas resah, dan "melarikan diri" dengan membuat karya ekspresi diri.

Apa yang dapat saya tarik sebagai kesimpulan untuk sementara ini adalah, seniman itu dinilai dari keunikannya, semakin unik maka semakin seru ;) 

Syukurnya, seniman yang saya kenal ini tidak sulit untuk saya kasih tau. Hanya saja, cara memberitahunya tidak bisa secara langsung. Ikuti saja alurnya, dan tetap pada berpegang pada prinsip yang kuat.

     

Komentar

Postingan populer dari blog ini

9 Ciri Tipe Orang yang Suka Ber-Kamuflase

Hukum Istri Meninggalkan Rumah Saat ada Masalah dengan Suami

Bakso di Ciracas yang Paling Enak dan Populer