Miskin Atau Kaya Sama Saja, Beda di Jenis Ujiannya..

Tulisan ini bersumber dari: http://c85-tazkiyyatunnafs.gemaislam.com/ yang sedang di suspend web nya.. 

Kaya ataupun miskin semuanya adalah ujian yang Allah berikan kepada para hamba-Nya untuk mengetahui siapa yang bersyukur dan siapa yang kufur. Karena, barometer  seseorang mulia di hadapan Allah bukan karena kekayaannya, atau rendah di hadapan Allah bukan karena kemiskinannya. Akan tetapi, dilihat sejauh mana seseorang mampu mensyukuri apa yang Allah tetapkan baginya meskipun ia dalam keaadaan kaya ataupun dalam keadaan miskin. Artinya, kaya dan banyak harta tidak menjamin seseorang mencapai derajat mulia. Begitu juga, miskin dan sedikit harta tidak menjamin pula dalam keadaan rendah.
Perlu dipahami, bahwa kehidupan di dunia ini adalah pijakan  pertama yang sifatnya sementara  untuk melewati kehidupan selanjutnya yang kekal dan abadi yaitu kampung akhirat. ketika dalam pijakan yang pertama ini Allah tetapkan kita sebagai orang yang berada dalam kekayaan ataupun kemiskinan, maka kekayaan atau kemiskinan itu harus kita arahkan kepada jalan-jalan kebaikan yang bermuara pada kehidupan yang hakiki nan bahagia. Artinya, kaya ataupun miskin merupakan sarana yang bisa mengantarkan kepada derajat kemuliaan atau kerendahan, pilihan sikap yang di ambil antara mengedepankan rasa syukur ataukah terus menerus mengkufurinya itulah yang membedakan dan menentukan apakah kita termasuk orang-orang yang berhasil ataukah orang-orang yang gagal dalam menempuh ujian di dunia ini.

Karena tidak mustahil, ketika seseorang diberi ujian oleh Allah berupa nikmat kekayaan dan banyak harta, namun kekayaannya justeru membuatnya rendah dimata Allah. Sebab, bisa jadi harta yang dimilikinya tidak berkah karena ia tidak punya kecakapan teknis dalam mensyukuri apa yang Allah berikan padanya, tidak dikeluarkan zakatnya, selalu berbangga dengan banyak harta dan sombong.
Begitu juga sebaliknya, ketika Allah memberikan ujian kemiskinan kepada seseorang, namun justeru kemiskinannya membuatnya mulia, kenapa? Karena ia selalu bersabar dengan kemiskinannya,  ia tahu segalanya datang atas kehendak Allah. Dan karena ia pandai mensyukuri harta yang dimilikinya meskipun sedikit.
Begitulah seorang muslim, berusaha menerima dengan lapang dada rizky dari Allah, qona’ah atas segala sesuatu, karena inilah sifat seorang muslim yang sejati seperti dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihiwasallam:
“Beruntunglah orang yang masuk islam dan diberi rizqi yang cukup serta diberikan sifat qona’ah (merasa puas) atas apa yang Allah Ta’ala berikan padanya”. (HR. Muslim)
Banyak harta, namun tidak dibelanjakan di jalan Allah akan menyebabkan hartanya kurang berkah, sama halnya dengan banyak ilmu tapi tidak diamalkan dan da’wahkan maka ilmunya pun kurang bermanfaat bagi dirinya ataupun orang lain. Hemat kata, banyak harta belum tentu membuatnya menjadi orang yang mulia, begitu juga banyak ilmu, belum tentu membuatnya menjadi orang yang shalih.
Firman Allah ‘Azza wa Jalla: “Sesungguhnya usahamu memang berbeda-beda, maka barangsiapa memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertaqwa, dan membenarkan  adanya pahala yang terbaik (surga), maka akan Kami mudahkan baginya jalan  menuju kemudahan (kebahagiaan). Dan adapun orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup (tidak perlu pertolongan Allah) serta mendustakan (pahala) yang terbaik, maka akan Kami mudahkan baginya jalan menuju kesukaran (kesengsaraan). Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila dia telah  binasa.” (QS. Al-Lail 4-11). (bms/ghufron faza)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

9 Ciri Tipe Orang yang Suka Ber-Kamuflase

Hukum Istri Meninggalkan Rumah Saat ada Masalah dengan Suami

Bakso di Ciracas yang Paling Enak dan Populer