Berbicara dengan Hati dan Jiwa

Manusia dibekali dengan akal yang dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Dan juga manusia telah diberikan tenaga dan kemampuan untuk membenarkan yang haq dan menyalahkan yang bathil, sanggup mengerjakan yang baik dan meninggalkan yang buruk.

Manusia diciptakan bukan untuk permainan .. akan tetapi untuk melaksanakan suatu tugas dan mengusahakan perbaikan. Perbaikan ada yang bersifat pendek dan ada juga yang panjang .. sebagai orang tua yang paling mudah kita temui untuk perbaikan jangka panjang adalah dengan membimbing keturunannya menjadi orang yang baik, dan menjadi baik tentunya harus punya keyakinan, punya keyakinan tentunya juga harus ada pengetahuan mulai dari yang dasar. 

Yang agak susah adalah  mempertahankan sesuatu yang sudah baik .. karena ada saja ujiannya..

Ujian dalam berkeluarga.
Dalam berkeluarga, kita tidak bisa hanya mengandalkan diri sendiri. Anggota keluarga lainnya juga memiliki andil kewajiban yang sama. Jika sedang di uji, maka seluruh anggota keluarga wajib bahu membahu menghadapi ujian tersebut, bukan lantas kabur sehingga menyebabkan gagal ujian dan meninggalkan yang lain dengan kegagalan tersebut. Apalagi kabur demi mementingkan ujian dari dosen atau tugas dari bos di kantor ketimbang ujian dari penciptanya, yang mana yang mau diprioritaskan ? lebih penting dosen atau sang Pencipta ? disinilah kita dapat mulai mengenali kualitas seseorang dalam kehidupan.

Kemunafikan
Sering diartikan perkataan yang berbeda dengan praktiknya, kalau lupa itu bukan munafik. Munafik lebih seperti mempersaksikan sesuatu yang beda dengan kenyataan sebenarnya. Hal ini bisa disebabkan oleh suatu ketakutan untuk berjalan dijalan yang benar, padahal ini hanya masalah kebiasaan saja .. jika kita biasa jalan dijalan yang salah maka ujung yang ditemui adalah kebuntuan, tidak ada jalan keluar. Maka dari itu jangan dibiasakan berbohong dan menghalalkan cara yang salah dalam menghadapi suatu masalah.

Kejujuran
Suatu nilai-nilai penting dalam paduan keharmonisasian keutuhan keluarga (ini pake gaya bahasanya Tony Blank, pasien rumah sakit jiwa yang paling sehat dan senang terus dan ketenarannya dipercayai bakal lebih alami dan tahan lama ketimbang vicky gotik :d).

Dalam berkeluarga, kejujuran adalah faktor penting untuk segala hal yang mempengaruhi dan menentukan masa depan keluarga. Keluarga yang biasa jujur akan memberikan rasa aman dan nyaman satu sama lain, sedangkan jika dalam berkeluarga kita tidak jujur maka dapat menyebabkan terganggunya rasa aman dan kenyaman. Jika kita sudah tidak jujur maka akan sulit membina kepercayaan satu sama lain dan cendrung akan mengambil langkah untuk meninggalkan satu sama lain.

Contoh kasus pertama:
Keluarga pergi tanpa seseorang anggotanya, idealnya harus memberikan kabar demi rasa aman dan kenyamanan bagi anggota keluarga yang sedang tidak bersama-sama. Nah, jika kita terbiasa tidak jujur maka kamuflase dapat muncul dibenak dan hati kita dengan mengatakan ke diri sendiri "Ah biar aja, yang penting saya gak buat macam-macam". Dengan demikian berarti anggota keluarga yang tidak bersama-sama itu tidak di anggap sebagai keluarga.

Contoh kasus kedua:
Seorang suami memberikan nasihat untuk kebaikan anak-anak dan istrinya dengan suatu larangan yang bertujuan untuk menghindari anaknya sakit atau istrinya susah. Kemudian sang istri memberikan persaksian menyetujui anjuran suaminya tersebut, akan tetapi pada kenyataannya larangan sang suami di langgar dan di perparah dengan pergi kerumah teman tanpa sepengetahuan dan izin suami yang mana juga meninggalkan anak bayi yang dititipkan ke orang tuanya. Disini artinya suami tersebut sudah tidak dianggap sebagai pemimpin keluarga, dengan alasan anak perlu hiburan sekali-sekali (walaupun malamnya sudah tidur lebih larut dan besoknya mereka harus sekolah, sedangkan untuk hiburan anak hampir selalu dapat tercukupi selama ini). Berarti kebaikan suami dianggap sebagai suatu hal yang merugikan.

Contoh kasus ketiga:
Seorang suami dan istri berencana membeli rumah idaman tanpa nyicil ke bank. Setelah apartemen dan mobilnya terjual, istrinya pergi meninggalkan suaminya serta memindah bukukan sebagian besar hasil penjualan tersebut. Otomatis buyar sudah semua rencana, dan walhasil uang yang seharusnya dipikirkan pengeluarannya menjadi habis begitu saja dalam tempo beberapa bulan. Disini bukan pemakaian uang yang menjadi masalah, akan tetapi komitmen terhadap rencana yang sudah disetujui bersama yang menjadi masalah. Apapun penyebabnya, jika memang rencana dan komitmen tersebut didasari ketulusan hati dan jiwa demi kebaikan bersama maka tidak akan seperti itu yang akan dilakukan oleh seorang istri yang jujur dengan dirinya sendiri. Hal ini dapat terjadi jika seseorang suka mempersaksikan sesuatu padahal sebetulnya tidak.

Oleh karena itu untuk berbicara dengan Hati dan Jiwa perlu kejujuran, jika tidak diri sendiri susah dan orang lain juga dapat disusahkan dengan perbuatan kita, apalagi jika orang lain itu adalah anak-anaknya sendiri. Dan lama kelamaan orang yang sering tidak jujur dan sering berkamuflase akan tidak mengerti lagi hati dan jiwanya alias tidak mengerti siapa dirinya dan apa yang dikatakannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

9 Ciri Tipe Orang yang Suka Ber-Kamuflase

Hukum Istri Meninggalkan Rumah Saat ada Masalah dengan Suami

Bakso di Ciracas yang Paling Enak dan Populer